SEMINAR FISIOTERAPI

SEMINAR FISIOTERAPI

Seminar & workshop Fisioterapi yang diadakan mahasiswa STIKes Siti Hajar Prodi D-III dan S1 Fisioterapi ini  berjudul manajamen of spinal cord injury yang diadakan di Amaliun Convention Hall. Dengan pembicara dari pulau jawa. Seminar & workshop yang di hadiri 200 orang ini berjalan lancar. Dan ini juga merupakan agenda dari kegiatan BEM STIKes Siti Hajar untuk membuat seminar & workshop rutin setiap tahunnya. Selain menambah wawasan dan pengetahuan hal ini juga dapat menjalin silaturahmi antara mahasiswa fisioterapi STIKes Siti Hajar dengan para alumni serta para fisioterapi – fisioterapi yang di medan sekitarnya.

Empat mahasiswa Stikes Fisioterapi Siti Hajar Medan melakukan kegiatan praktek di Kecamatan Musuk, Boyolali. Selama sebulan mereka memberi layanan fisioterapi bagi masyarakat di wilayah itu.

Lia Pasaribu, salah satu mahasiswa yang ditemui Solider di Sanggar Inklusi Tunas Harapan di Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk Boyolali menuturkan setiap minggu mereka memberikan empat hari layanan. Dua hari digunakan untuk melayani masyarakat luas, sementara dua hari lainnya khusus untuk memberikan layanan bagi difabel.“Di sini kami menemui kasus CP (cerebral palsy-red) dan paraplegia. Kasus berat tidak ada. Menariknya ketika kami berinteraksi dengan paraplegia yang bisa bangkit setelah mengalami depresi,” jelasnya saat ditemui Selasa (27/1/2015).

Kendala bahasa

Mahasiswi semester enam ini menyatakan tidak menemui banyak kendala dalam menjalankan tugasnya di daerah ini. Kendala terbesar yang dirasakan terletak pada bahasa dan kunjungan ke rumah difabel yang letaknya terpencar-pencar dari satu daerah ke daerah lain.

Lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebelum di Musuk ini mereka telah melakukan layanan magang di Yayasan Pembina Anak Cacat (YPAC) Solo.  Keempat mahasiswa Lia Pasaribu, Ike Maryana, Arbi Akbar dan Fadhil Indra memberikan latihan fisioterapi di balai desa Ringinlarik dan layanan home visit. Selain memberi latihan mereka juga memberi pengetahuan kepada orangtua Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bagaimana menangani anak mereka.

“Di sini orang-orang kurang paham tentang detekksi dini. Mereka belum punya pengetahuan dari saat mengandung sehingga anaknya CP dan tidak tertangani dengan baik. Yang kurang itu sosialisasi tentang deteksi dini, harapannya mahasiswa selanjutnya diberi pembekalan oleh PPRBM,” tambahnya.

Sementara itu Titik Isnaini, ketua sanggar inklusi yang bertugas mendampingi keempat mahasiswa ini menyatakan bahwa kegiatan mereka difasilitasi oleh PPRBM Solo. Program ini berlangsung selama enam bulan dengan kelompok yang berbeda dan masing-masing periode dijalankan selama sebulan. Keempat mahasiswa ini merupakan kelompok di periode kedua. Selanjutnya masih ada lagi empat kelompok yang akan memberikan layanan fisioterapi di lokasi ini.

 

Selengkapnya : http://solider.or.id/2015/01/29/empat-mahasiswa-medan-beri-layanan-fisioterapi-di-musuk

Share this post